Menu Tutup

Kuliner Malam Hari di Jalan Malioboro Jogja: Bakmi Jawa dan Angkringan

Ketika matahari tenggelam di cakrawala Kota Gudeg, kehidupan di kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja justru mulai menyala. Di sepanjang trotoar Malioboro, suasana berubah total. Lampu kota mulai menyala, aroma makanan dari wajan-wajan kecil mulai tersebar, dan kursi-kursi plastik sederhana jadi saksi pertemuan warga lokal dan wisatawan.

Kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja bukan sekadar aktivitas mengisi perut. Ini adalah cara menikmati Jogja dengan cara yang paling autentik: duduk lesehan, makan makanan khas, dan menyatu dengan kehidupan malam yang hangat dan penuh cerita. Dari Bakmi Jawa rebus yang dimasak pakai arang, sampai angkringan dengan nasi kucing dan aneka sate-satean, semuanya siap menyambut kamu yang lapar dan haus suasana lokal.


Bakmi Jawa: Hangatnya Kuah, Dalamnya Tradisi

Bakmi Jawa adalah raja tak resmi dari kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja. Malam-malam di Jogja rasanya nggak lengkap kalau belum menyantap semangkuk bakmi godog yang mengepul di mangkuk. Disajikan langsung dari wajan kecil berbahan arang, aroma bawang putih, kaldu ayam kampung, dan telur kocoknya bikin siapa pun yang lewat pasti menoleh.

Keunikan dari Bakmi Jawa di sini bukan cuma dari rasa, tapi juga dari proses masaknya. Satu porsi, satu wajan. Artinya, tiap mangkuk dimasak personal. Itu kenapa rasanya bisa beda tiap tukang, tapi tetap punya ciri khas yang nempel di lidah.

Ciri khas Bakmi Jawa Malioboro:

  • Menggunakan mie kuning basah dan bihun, bisa campur
  • Dimasak dengan kaldu ayam kampung asli
  • Ditambah telur bebek, sawi, dan irisan tomat
  • Pilihan kuah (godog), goreng, atau nyemek
  • Wajib pakai arang, bukan kompor biasa

Harga seporsinya mulai dari Rp20.000–Rp30.000, tergantung topping. Yang paling enak? Makan sambil duduk di trotoar, nonton kereta kuda lewat, dan ngobrol santai sambil nunggu antrean berikutnya.


Angkringan Malioboro: Filosofi Nasi Kucing dan Kebersamaan

Kalau Bakmi Jawa adalah raja malam, maka Angkringan adalah rakyatnya yang tak kalah berjasa. Di sepanjang trotoar dan pojokan Jalan Malioboro, kamu akan nemuin puluhan angkringan yang menjajakan nasi kucing, teh manis panas, dan aneka sate-satean yang bisa bikin kalap.

Kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja jadi benar-benar terasa ketika kamu duduk di tikar atau kursi plastik kecil, bareng teman baru yang belum kamu kenal, ngobrol ngalor-ngidul sambil nyeruput kopi jos yang dibakar pakai arang.

Menu khas angkringan Malioboro:

  • Nasi kucing: nasi mini dengan sambal teri, oseng tempe, atau ayam suwir
  • Sate-satean: sate usus, telur puyuh, kulit, bakso goreng
  • Wedang: jahe panas, teh tubruk, kopi jos (kopi + arang panas)
  • Camilan: gorengan, keripik, tahu isi, tempe tepung
  • Harga: mulai dari Rp2.000–Rp10.000 saja

Hal yang bikin angkringan spesial bukan cuma menunya, tapi suasananya. Kamu bisa duduk bareng siapa saja, dari mahasiswa lokal sampai turis luar negeri. Dan nggak ada tekanan, semuanya sederhana, merakyat, dan jujur. Di sinilah kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja menunjukkan esensi kota ini: ramah, hangat, dan penuh cerita.


Suasana Malioboro di Malam Hari: Romantis, Hidup, dan Penuh Warna

Beda banget sama siang hari yang panas dan penuh hiruk pikuk toko, kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja hadir dengan vibes yang lebih kalem tapi tetap hidup. Lampu-lampu jalan menyala lembut, pengamen jalanan mulai tampil dengan lagu nostalgia, dan suasana pedestrian jadi spot nongkrong gratis paling asik di kota ini.

Banyak juga pengunjung yang duduk di bangku panjang trotoar, sambil makan tahu petis atau jagung bakar dari penjual kaki lima. Beberapa bahkan sambil menikmati pertunjukan kecil dari komunitas seni yang suka tampil dadakan.

Hal menarik di malam hari sekitar Malioboro:

  • Banyak seniman jalanan manggung (akustik, puisi, hingga pantomim)
  • Pedagang oleh-oleh buka sampai larut malam
  • Becak hias dan andong bisa disewa buat keliling area
  • Spot foto Instagramable di bawah lampu jalan klasik
  • Kios makanan dan minuman buka sampai tengah malam

Yang bikin malam di Malioboro terasa istimewa adalah percampuran antara tradisi dan kekinian. Di satu sisi kamu bisa denger gamelan dari radio pedagang batik, di sisi lain kamu bisa lihat anak-anak muda pakai sneakers duduk lesehan sambil ngopi.


Tips Jitu Kulineran Malam di Malioboro

Biar kamu bisa maksimal menikmati kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja, ada beberapa tips yang perlu kamu catat:

Tips anti zonk:

  • Datang mulai jam 18.00 ke atas, karena banyak gerobak baru buka
  • Bawa uang tunai, pecahan kecil sangat berguna
  • Pilih tempat makan yang ramai (biasanya paling enak)
  • Jangan takut nanya, pedagang di sini umumnya ramah dan welcome
  • Waspada barang bawaan, tapi suasana cukup aman dan terkendali
  • Kalau mau dokumentasi, gunakan mode malam HP karena pencahayaan bisa tricky

Dan yang paling penting: nikmati prosesnya. Karena kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja bukan cuma soal makan, tapi juga menikmati ritme malam yang pelan, tenang, dan penuh makna.


Penutup: Jogja Bukan Cuma Gudeg, Tapi Malam yang Menghidupkan Rasa

Kalau kamu ke Jogja dan pulang tanpa menjelajahi kuliner malam hari di Jalan Malioboro Jogja, berarti kamu baru merasakan Jogja setengahnya. Di balik segala romantisme kota ini, ada cita rasa yang sederhana tapi jujur, yang disajikan dalam mangkuk bakmi panas atau bungkusan nasi kucing lima ribuan.

Malioboro malam bukan cuma tempat, tapi pengalaman. Tempat kamu bisa makan sambil merenung, ketawa bareng teman baru, atau sekadar duduk diam menyimak Jogja bicara lewat lampu, musik, dan aroma makanan. Dan percayalah, malam pertama di Malioboro mungkin akan jadi alasan kamu balik lagi ke kota ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *